Profile Facebook Twitter My Space Friendster Friendfeed You Tube
Kompas Tempo Detiknews
Google Yahoo MSN
Blue Sky Simple News Simple News R.1 Simple News R.2 Simple News R.3 Simple News R.4

met

Selamet Dateng di semapoet.blogspot.com .>>>>>>>>>>>>>> jangan lupa komen yaaaaa >>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>> enjoy aja !!!!

TV ONLINE

Sabtu, 13 Oktober 2012

Watak Tiran Sekolah



Summary : Subbab ini menunjukkan keluh kesah dari
sudut pandang siswa dalam suasana kelas. Kelas yang kompetitif sehingga
bersuasana serius, guru yang berperilaku seperti satu – satunya sumber, dan
monoton yang terjadi dalam ruang kelas. Semua hal tersebut adalah akibat dari
sekolah yang bersikap selayaknya tiran.

Opini: Tiran dalam kbbi adalah

ti·ran n
raja atau penguasa yg lalim dan sewenang-wenang (biasanya memperoleh kekuasaan
dng jalan kekerasan):
tidak seorang rakyat pun merasa
tenteram di bawah kekuasaan seorang --

ti·ra·ni n 1 kekuasaan yg digunakan
sewenang-wenang; 2 negara yg diperintah oleh seorang raja atau penguasa yg bertindak
sekehendak hatinya:
di bawah pemerintahan yg
bersifat -- , kedaulatan rakyat akan hilang 


Karena tiran dalam hal ini adalah kata benda, saya
pikir tiran ini lebih merujuk pada sosok guru sebagai pengajar. Meskipun kita
tahu bahwa guru bukanlah satu – satunya yang berkuasa dalam pendidikan dalam
sekolah. Dari beberapa keluh kesah yang dipaparkan dalam subbab tersebut, saya
menyimpulkan beberapa point.

1.   
Hubungan
guru-murid yang salah.

2.   
Matinya
kesadaran kritis.

3.   
Encouragement
vs discouragement.


Pendidikan
kritis (critical pedagogy) adalah besutan Jurgen Habermas, Theodore W Adorno
dkk saat zaman pencerahan, atau aufklarung.
Pendidikan kritis mengusung kesadaran kritis sebagai alat untuk melawan system
pendidikan yang disalahgunakan oleh pihak posisi atau superior demi kepentingan
pribadi atau kelompok demi mencapai pendidikan yang lebih baik. Pendidikan
kritis menjunjung proses pendidikan yang harusnya kembali lagi kepada
masyarakat, bukan untuk kepentingan mempertahankan status quo dalam suatu
hegemoni perpolitikan suatu Negara. Walaupun diakui bahwa pendidikan berpotensi
membangun sistem perpolitikan yang benar – benar menjunjung dari rakyat, untuk
rakyat dan demi kesejahteraan seluruh rakyat.

Dalam
Mazhab
Pendidikan Kritis dijelaskan bahwa kesadaran terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu kesadaran magis, kesadaran naïf, dan kesadaran kritis. Kesadaran magis
adalah kesadaran tentang pemahaman bahwa segala yang terjadi di dunia ini
adalah magis. Mengutamakan dan menyalahkan Tuhan sebagai penyebab segala hal.
Kesadaran naïf adalah kesadaran dimana masyarakat telah mampu membedakan mana
yang terjadi secara alamiah dalam konteks religinya dan mana yang terjadi akibat
ulah manusia serta proses perpolitikannya. Namun, kesadaran naïf tidak
melakukan gebrakan untuk membimbingnya dalam membuat perubahan ataupun
pengembangan peradaban. Kesadaran kritis adalah kesadaran yang mempertanyakan
segala sesuatunya dengan maksud mengubahnya menjadi yang lebih baik.


Dari
subbab diatas, kita telah mengetahui perasaan seorang murid yang merana setelah
hanya dapat disuapi informasi atau pengetahuan dari gurunya sendiri. Ia tidak
memiliki kesempatan untuk mencoba menyampaikan pendapatnya yang mungkin
berbeda. Bila ia mencobanya atau nekat menyatakan pendapatnya, masih sering
terjadi kasus penghukuman baik secara fisik maupun psikis. Hukuman yang
diterima oleh si calon kritis ini bisa sangat mengecilkan hatinya atau justru
membuatnya makin beringas mengajukan dan menyampaikan aspirasinya.

Guru
dalam kasus diatas merasa dirinya adalah center (pusat) dari pengetahuan. Ia
merasa hubungannya dengan murid adalah antara subyek dan obyek. Dimana murid
hanya harus mendengarkan dan mencerna pengetahuan yang telah ia persiapkan
sendiri. Semua harus seragam (uniform), termasuk dalam menyerap ilmu
pengetahuan, antara proses dan outputnya. Tentu saja hal - hal semacam ini
ditolak oleh mazhab pendidikan kritis (critical pedagogy), karena berpotensi
mematikan kesadaran kritis seorang murid.

Keseragaman
dalam pembelajaran juga ditolak oleh seorang praktisi multiple intelligence dan
holistic learning ternama, Ayah Edi. Ia berpendapat bahwa setiap anak memiliki
kurikulumnya masing – masing. Kita tidak bisa dan tidak pantas menyeragamkan
warna mereka sesuai keinginan kita. Every child is special, kata Amir Khan.

Hubungan
yang salah antara guru dan murid harus segera diluruskan. Antara proses dan
hasil haruslah berkaitan, tidak bisa dipisahkan. Maka, pemahaman hubungan
subyek-obyek antara guru dan murid harus segera diganti dengan subyek-subyek.
Karena dalam mengeksplorasi ilmu pengetahuan, guru dan murid haruslah memiliki
jalur yang sama, yaitu pembelajar. Bila hanya satu sisi yang menuangkan air
pada sisi yang lain, namanya bukanlah belajar, melainkan transfer.

Multiple
Intelligence besutan Horward Gardner dapat menjadi acuan cara mengajar yang
baik. Multiple Intelligence lebih mengutamakan bagaimana cara mengajar tanpa
harus menjadi center atau pusat dari pengetahuan. Karena tanpa kita sadari,
guru dan murid adalah sama – sama pembelajar. Multiple Intelligence
mengedepankan pengajaran sesuai dengan beberapa kecerdasan alamiah yang
dimiliki seorang anak.

Namun,
untuk menerapkan Multiple Intelligence harus didukung dengan system yang baik
dan sudah sepenuhnya siap. Bila belum tercipta system yang semacam itu, demi
pendidikan dalam ruang kelas yang lebih baik, 
pengajar atau calon pengajar dapat memengubah paradigm berfikirnya mulai
dari sekarang. Yaitu dengan menghargai idea tau pemikiran murid yang mungkin
saja berbeda dari main stream. Karena sudah selayaknya seorang guru membantu
berkembangnya kedewasaan dan kekritisan berfikir siswanya. Dengarkan mereka,
bimbing mereka, hargai pendapat dan upaya kerasnya. Bukan discouragement
(mengecilkan hati), melainkan encouragement (mendorong).

kesimpulannya adalah, hubungan guru - murid yang salah (subyek - obyek) berpotensi mematikan kesadaran kritis pembelajar yang tanpa disadari bukannya membangun (encourage) justru mengecilkan hati (discourage). Solusi yang saya sarankan adalah, mulai dari diri sendiri dalam menghargai pemikiran orang lain, dan terapkan sikap saling membangun dan bereksplorasi dalam belajar bersama. Semangat para calon guru!!

-KIT-

Related Post:

Widget by [ Iptek-4u ]

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

iklan bar bawah

 
Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by Mas-Kas | Published by Templates Blog Gratis
Proudly powered by Blogger.com